GABUNGAN KELOMPOK TANI SAWO PRAKTEK TANAM PADI SISTEM JAJAR LEGOWO

Gapoktan Desa Sawo Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik mengadakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggotanya. Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 2012, bertempat di lahan petani,  Gapoktan Sawo mengadakan praktek langsung sistem tanam padi jajar legowo, acara dimulai sekitar pukul 06.00 WIB dengan penjelasan singkat tentang teknis pelaksanaan tanam kepada para petani dan tenaga tanam yang disampaikan oleh Kepala BPK Kec. Dukun, Bpk Agus Pamudji, SP, STP, dan Penyuluh Pertanian WIBI  kemudian langsung dilanjutkan dengan praktek langsung ke lahan.

 
 

 

 

Praktek Tanam Padi Sistem Jajar Legowo

 

Bangeran merupakan nama desa di Kecamatan Dukun, yang terdiri dari dua dusun yaitu Geneng dan Lebak. Desa ini termasuk salah satu desa yang bisa dikatakan terpencil, karena letaknya yang jauh dari pusat kecamatan dan jalannya masih belum baik. Dikarenakan ada dua dusun, untuk memudahkan dalam pengorganisasian dan kelembagaan maka dibentuk dua kelompok tani dengan nama Bangeran Lebak dan Bangeran Geneng.

Letak geografis yang demikian tersebut tidak menjadi penghalang untuk tetap melanjutkan pembangunan sektor pertanian, beberapa program diantaranya adalah pengujian varietas padi dan kedelai dari BPTP Jawa Timur.

Petani di desa bangeran termasuk petani yang mudah menerima inovasi teknologi akan tetapi perlu pendampingan yang terus menerus untuk mempertahankan keberlanjutan inovasi teknologi tersebut, dikarenakan keadaan geografis yang tidak begitu mendukung misalnya sering terjadi banjir, masuknya air asin ke bengawan solo dan merupakan daerah kronis hama wereng batang coklat.

 

Dengan adanya program SLPTT ini diharapkan bisa menjadi sarana pendampingan pada petani untuk menerapkan teknologi sistem jajar legowo yang masih belum membudaya, padahal dilihat dari segi manapun sistem ini sesuai dengan spesifik lokalita, khususnya di kelompok tani Bangeran Lebak. Kegiatan pendampingan ini bukan hanya pemberian teori saja akan tetapi juga praktek langsung, misalnya praktek tanam sistem jajar legowo pada hari Jumat tanggal 21 Oktober 2011 yang diikuti oleh semua petani peserta SLPTT dan dipimpin langsung oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Dukun.

 

PENUTUPAN PELATIHAN DASAR AHLI BAGI PENYULUH PERTANIAN

Pada hari Minggu, Tanggal 17 Juli 2011, bertempat di Kantor Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik, Pelatihan Dasar Ahli bagi Penyuluh Pertanian  Angkatan II se Propinsi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB,  dan Jateng yang melaksanakan Kegiatan Praktek Kompetensi di Wilayah Kabupaten Gresik, yaitu di Desa Sidoraharjo Kecamatan Kedamean, Desa Wahas -  Balong Panggang dan Desa Gluran Ploso - Kecamatan Benjeng resmi ditutup. Pelaksanaan Praktek Kompetensi ini dimulai dari Tanggal 11 s/d 17 Juli 2011, dengan jumlah Peserta sebanyak 30 orang ini ditutup oleh Perwakilan dari BBDP Ketindan - Lawang, Bpk. Haris, disaksikan Bapak Camat Kedamean (Arif Wicaksono), Sekretaris Bp4K Gresik (Ir. Labat Wibowo, MMA), Koordinaor KJF (Ir. Hermanu Ekamto, MMA), Kabid Penyelenggaraan dan Penyuluhan (Minarsih, SP), Perwakilan dari Kantor Ketahanan Pangan Kab. Gresik, Kepala BPK Kedamean, Balong Panggang dan Benjeng serta Penyuluh Pertanian dari 3 (tiga) Kecamatan yang ditempati Praktek Kompetensi.

 

FOTO - FOTO PENUTUPAN KEGIATAN

 

PELATIHAN DASAR AHLI BAGI PENYULUH PERTANIAN

Pelatihan Dasar Ahli bagi Penyuluh Pertanian  Angkatan II se Propinsi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB,  dan Jateng di Balai Besar Diklat Pertanian Ketindan - Lawang - Malang - Jawa Timur melaksanakan Kegiatan Praktek Kompetensi di Wilayah Kabupaten Gresik, yaitu di Desa Sidoraharjo Kecamatan Kedamean, Desa Wahas -  Balong Panggang dan Desa Gluran Ploso - Kecamatan Benjeng. Pelaksanaan Praktek Kompetensi ini dimulai dari Tanggal 11 s/d 17 Juli 2011, dengan jumlah Peserta sebanyak 30 orang.

 

FOTO - FOTO KEGIATAN :

 

DISKUSI

 

BP4K Gresik,  13 Juli 2011

INFOTEK

PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

2011-07-02 15:11 Penyakit bulai pada jagung merupakan penyakit utama yang paling berbahaya karena sebarannya hampir di semua propinsi di Indonesia dan negara penghasil jagung di dunia (Semangun, 1973; 1993), Potensi kehilangan hasil yang ditimbulkannya dapat mencapai 100% pada varietas jagung yang rentan penyakit bulai (Sudjono, 1988). Bulai merupakan penyakit yang bersifat parasit obligat, dimana cendawan ini hanya mampu tumbuh dan berkembang pada jaringan hidup dan hanya pada tanaman inang (jagung).

Penyebab
Penyakit bulai pada jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu :

1. Peronosclerospora maydis (Java downy mildew)
2. P. philippinensis (Philippine downy mildew)
3. P. sorghi (Sorghum downy mildew)4. P. sacchari (Sugarcane downy mildew)
5. P. spontanea (Spontanea downy mildew)
6. P. miscanthi (Miscanthi downy mildew).
7. P. heteropogoni (Rajasthan downy mildew)
8. Sclerophthora macrospora (Crazy top)9. S. rayssiae var. zeae (Brown stripe)
10. Sclerospora graminicola (Graminicola downy mildew)
Penyakit bulai di Inonesia di sebabkan oleh 3 spesies cendawan dari genus Peronosclerospora yaitu P. maydis, P. philippinensis, P. sorghi.

Gejala
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun terinfeksi. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek. Tanaman jagung mengalami periode kritis antara umur 1 minggu hingga 5 minggu, apabila selama periode kritis tersebut tanaman tidak menimbulkan gejala serangan maka tanaman jagung akan tumbuh normal dan bisa menghasilkan tongkol.

Siklus Hidup
Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat.

Epidemiologi
Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu 24oC, P. philippinensis 21-26oC, P. sorghi 24-26oC, P. sacchari 20-25oC, S. rayssiae 20-22oC, S. graminicola 17-34oC, dan S. macrospora 24-28oC.

Tanaman Inang
Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari patogen penyebab bulai jagung adalah Avena sativa (oat), Digitaria spp. (jampang merah), Euchlaena spp. (jagung liar), Heteropogon contartus, Panicum spp.(millet, jewawut), Setaria spp.(pokem/seperti gandum), Saccharum spp.(tebu), Sorghum spp., Pennisetum spp.(rumput gajah), dan Zea mays (jagung).

Pengendalian
Oleh karena itu dalam pengembangan jagung di Indonesia, kewaspadaan terhadap penyakit bulai perlu mendapat perhatian serius dengan berpegang pada 5 komponen pengendalian yaitu : 1) Periode bebas tanaman jagung, 2). Tanam serempak, 3). Eradikasi tanaman terserang bulai, 4). Varietas tahan bulai, 5). Fungisida berbahan aktif metalaksil (Bisa menggunakan Demorf berbahan aktif Dimethomorp).
Komponen pengendalian penyakit bulai yang umum dilakukan selama ini adalah perlakuan benih dengan fungisida saromil atau ridomil yang berbahan aktif metalaksil, karena praktis dan mudah dilakukan, bahkan petani tidak perlu melakukan tindakan apapun, hanya menanam benih jagung yang sudah diberi perlakuan fungisida. Selain pengendalian dengan fungisida, varietas tahan bulai sebenarnya sudah lama diteliti, namun tidak banyak yang memanfaatkannya karena adanya fungisida barbahan aktif metalaksil yang selama ini efektif mengendalikan penyakit bulai melalui perlakukan biji.
Dalam penerapan varietas tahan bulai untuk pengendalian penyakit bulai, pemerintah Indonesia telah membuat aturan, dalam pelepasan varietas jagung harus memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit bulai. Hal ini amat penting karena sekalipun telah dilepas, apabila tidak tahan bulai tidak akan tersebar luas karena bisa gagal panen akibat penyakit bulai yang telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.
Terjadinya outbreak atau wabah penyakit bulai di beberapa daerah penghasil jagung di wilayah Indonesia yang sekalipun diberi perlakuan dengan fungisida berbahan aktif metalaksil, merupakan indikasi telah terjadinya perubahan ketahanan yang meningkat dari Peronosclerospora penyebab penyakit bulai. Adanya resistensi P. maydis terhadap metalaksil yang telah terbukti terjadi di Kalbar, merupakan ancaman bagi pengembangan jagung di Indonesia, hal ini disebabkan fungisida metalaksil tidak efektif lagi digunakan dalam pengendalian penyakit bulai. Oleh karenanya komponen pengendalian bulai lainnya perlu digalakkan.
Pengembangan varietas tahan bulai merupakan langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan tanaman jagung di Indonesia. Ketahanan terhadap penyakit bulai
dipengaruhi oleh banyak gen (polyge
nic) dan bersifat aditif. Dengan varietas jagung tahan bulai petani akan lebih untung karena resiko gagal panen kecil dan biaya perawatan lebih murah karena penggunaan fungisida lebih sedikit.